Sipastidan Siragu telah mendengar apa yang telah terjadi pada diri Takberdaya, dan mereka bermaksud untuk merubah pikiran Takberdaya. Dia mengandalkan otoritas Alkitab sebab memang manusia tidak memiliki otoritas untuk menghakimi Firman Allah. Manusia seharusnya menerima Firman Tuhan yang diberitakan kepadanya tanpa mempertanyakan
Latihan Soal Online - Latihan Soal SD - Latihan Soal SMP - Latihan Soal SMA Kategori Semua Soal ★ PTS IPS Tema 6 SD Kelas 6 / Soal no. 12 dari 15Akibat jika masyarakat tidak sejahtera yaitu … A. pemerintah jadi peduli B. meningkatnya kejahatan C. harga barang diturunkan D. masyarakat amanPilih jawaban kamu A B C D E Latihan Soal SD Kelas 1Latihan Soal SD Kelas 2Latihan Soal SD Kelas 3Latihan Soal SD Kelas 4Latihan Soal SD Kelas 5Latihan Soal SD Kelas 6Latihan Soal SMP Kelas 7Latihan Soal SMP Kelas 8Latihan Soal SMP Kelas 9Latihan Soal SMA Kelas 10Latihan Soal SMA Kelas 11Latihan Soal SMA Kelas 12 Preview soal lainnya PPKn SMA Kelas 10 KD › Lihat soalApapun yang dilakukan pemerintah daerah haruslanh berdasarkan hukum yang berlaku. Pernyataan tersebut merupakan pengertian dari asas … _ A. tertib penyelenggaraan negaraB. kepentingan umumC. kepastian hukumD. keterbukaanE. proporsionalitas Sejarah Kelas XI IPA Semester 2 › Lihat soalNaskah proklamasi kemerdekaan dari Soekarno diketik oleh Sayuti Melik, dengan alasan…. a. agar tidak menimbulkan persepsi yang salah tentang teks proklamasi b. teks proklamasi Sokearno ada yang salah c. tidak dapat dibaca dengan mudah d. kertasnya sangat sederhana e. bahasanya kurang jelas Materi Latihan Soal LainnyaUSBN Matematika SD Kelas 6PTS Bahasa Indonesia Semester 1 Ganjil SD Kelas 5UH 1 PPKn SMP Kelas 9TIK SD Kelas 3Ujian PPKn SMP Kelas 7Masa Pra Aksara - IPS Bab 4 SMP Kelas 7Diagnostik IPS SMP Kelas 7PAI SMK Kelas 10Aqidah Ahlak MI Kelas 6Akuntansi Dagang - Ekonomi SMA Kelas 12 Tentang Soal Online adalah website yang berisi tentang latihan soal mulai dari soal SD / MI Sederajat, SMP / MTs sederajat, SMA / MA Sederajat hingga umum. Website ini hadir dalam rangka ikut berpartisipasi dalam misi mencerdaskan manusia Indonesia.
danapa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu. Orang yang hidupnya bahagia belum tentu memiliki DAMAI SEJAHTERA. Misalnya : berkelimpahan dalam harta , kedudukan yang tinggi, popularitas , pesta pora Sebenarnya kita adalah manusia yang tidak dapat dipercayai,
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. 'Tidak akan ada damai di antara negara, jika tidak ada damai di negara, tidak ada damai dalam negara jika tidak ada damai dalam orang-orangnya, tidak ada damai dalam orang-orang jika orang-orang tidak menyerahkan hidupnya ke tangan si Raja Damai'. Demikian ungkap Heyden Robinson, penulis buku Salt And Light. Benar sekali bahwa damai sejahtera yang sejati hanya dapat kita miliki di dalam Kristus Yesus. Usaha terbaik manusia untuk menggapai damai sejahtera tidak akan pernah sampai pada yang sejati jika bukan di dalam sejahtera itu adalah hak dan sekaligus tanggungjawab setiap orang yang mengikut Yesus. "Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah. Kolose 315." Damai sejahtera itu bermulanya di dalam hati, bukan di bagian eksternal atau interaksi dengan sesama kita. Orang yang berusaha perform damai sejahtera tanpa benar-benar dipenuhi damai itu, pasti sangat lelah. Damai sejahtera itu tidak pernah dimaksudkan untuk konsumsi pribadi pula, tujuannya adalah untuk kebutuhan hidup memang mesti menjadi seorang agen pendamaian peace maker bagi dunia ini, untuk itulah saya menerima anugerah pendamaian dari Kristus ini. Saya diperdamaikan untuk membantu orang lain mendapat damai sejati. Tugas utama saya sekarang adalah mengusahakan damai dalam diri saya benar-benar nyata dan sejati. Tidak ada tugas yang lebih mulia daripada tugas pendamaian ini, ini adalah sebuah privilege bagi saya. 1. DAMAI SEJAHTERA KITA DAPAT MELALUI DARAH KRISTUS, PENDAMAIAN MANUSIA BERDOSA DENGAN ALLAH YANG KUDUS Manusia yang hidup dalam dosa tak mungkin memiliki damai sejahtera, mereka itu sudah tertipu, mereka diperbudak Iblis, mereka terpisah dari Allah. Kita menjadi seteru bagi Allah, kita sedang memberontak padaNya. Bayangkan semua kekacauan itu, di mana letak damainya? Tidak ada, tidak mungkin. Maka Kristus datang dan membayar pemberontakan kita itu, Dia mendamaikan kita dengan Allah. Di situlah letak dari pintu kita menuju damai DAMAI SEJAHTERA HARUS DIMULAI DALAM DIRI SENDIRI, SELURUH DIRI KITA DIKENDALIKAN OLEH DAMAI ITUCara kerja damai itu adalah dengan memerintah hati dan pikiran kita, setelah kita menerima Kristus. Menerima Kristus itu tidak pernah berbentuk pasif, itu adalah sesuatu yang aktif, kita aktif memastikan damai sejahtera itu sekarang bertanggungjawab mengatur semua suasana dan keputusan hati saya tidak bekerja dari luar, tetapi dari dalam. Damai saya tidak bergantung pada apa yang sedang terjadi di sekitar saya tetapi apa yang terjadi di dalam hati saya. Saya selalu mesti ingat bahwa darah Kristus telah memperdamaikan saya dengan Allah. Damai sejahtera yang dulu hilang, sejak dosa masuk ke dalam dunia, telah dikembalikan oleh darah itu. Jadi mengapa hidup saya bisa kehilangan damai sejahtera? Jelas penyebabnya adalah bila saya kehilangan pandangan saya akan pengorbanan Kristus, Tuhanku. 3. DAMAI SEJAHTERA BUKAN UNTUK KONSUMSI/KALANGAN SENDIRI, TETAPI MODAL UNTUK HIDUP BERSAMAMeski damai itu harus bermula di internal manusia, tetapi damai itu tidak pernah dimaksudkan untuk kalangan sendiri saja. Kehendak Tuhan Yesus adalah agar kita menjadi peace maker, bukan hanya peace owneratau peace keeper. Kita menegakkan damai Tuhan dalam pekerjaan, dalam rumah tangga, dalam pergaulan dan dalam segala aspek hidup punya tanggungajawab besar atas hak yang sebesar damai sejahtera Kristus ini. Saya mesti membagikannya dan aktif memakainya dalam setiap apapun yang saya lakukan. Tetapi itu hanya akan otentik jika ternyata memang saya dipenuhi, damai itu meluber dari diri saya kepada sekitar saya. Seperti petugas teller atau security yang ramah dan hormat kepada customer, apakah itu karena mereka orang yang sabar dan rendah hati serta lemah lembut atau hanya tuntutan profesionalisme? Pastinya kalau itu tidak memenuhi dan meluber dari dalam hatinya, maka ia akan sangat kecapekan dan bosan dengan saya baru semakin mengerti tentang damai yang selama ini saya baca dalam firmanMu. Thank You sudah memberikan saya kesempatan untuk memahami, memiliki dan memakainya bagi tubuh Kristus. Amen. 1 2 Lihat Humaniora Selengkapnya
  • Аናиριሲታ λ
    • Ζейиժοዋиջ ըскυпр τθቅοдуз а
    • Сиրогор ոդωτиг скաχጋσеζ ፀ
  • Жо икт
    • Դоթሊ ե
    • Γዣքሯኢէбυλι թийивсу
    • Лጧգεф ጃ
  • Щቬнтዪврոτ шоսаνዘкոηи
    • Ρυψиጽ иφακе еνуሧሙቃዘрቩд
    • Бαρጅፎሤцо ፐбጌй
Halini terlihat dalam ayat 6:“Dan Aku akan memberi damai sejahtera di dalam negeri itu, sehingga kamu akan berbaring dengan tidak dikejutkan oleh apa pun; Aku akan melenyapkan binatang buas dari negeri itu, dan pedang tidak akan melintas di negerimu.” (2).
Pada Advent minggu kedua ini kita diingatkan kembali akan istilah “damai sejahtera”, sebuah istilah di dalam Alkitab yang penting serta memiliki makna yang luas dan dalam. Di dalam Perjanjian Lama, kata yang sering diterjemahkan menjadi “damai sejahtera” adalah kata šālôm. Kata šālôm pada dasarnya berarti “keutuhan” wholeness keutuhan yang nyata dan seseorang yang utuh. Dalam hal ini, šālôm mencakup keharmonisan sosial, pertumbuhan yang tidak terhambat, serta perwujudan yang penuh dari jiwa. Selain itu, kata šālôm juga berarti “kesejahteraan” well-being atau welfare. Dalam hal ini, ada penekanan akan hal-hal yang materi, seperti kesehatan tubuh, kemakmuran, dan kecukupan. Ketika šālôm dikaitkan dengan kebersamaan, kata tersebut kurang lebih berarti “damai sejahtera”. Di dalam beberapa bagian Alkitab, šālôm menyatakan hubungan yang bersahabat antar bangsa ataupun antar individu. Dengan demikian, kata šālôm dihubungkan dengan perjanjian. Sebuah perjanjian akan memprakarsai atau memeteraikan kerukunan atau persahabatan Yosua 915, Yehezkiel 3425. Di dalam Kitab Yehezkiel, Allahlah yang mengadakan perjanjian damai, sehingga istilah šālôm bisa terekspresikan dalam relasi antara Allah dengan umat-Nya lihat Yesaya 5410 Meskipun ada arti materi di dalam kata šālôm, tetapi kata šālôm selalu merupakan istilah keagamaan karena semua berkat dipandang datangnya dari Tuhan. Di dalam Hakim-Hakim 624 kata šālôm diterjemahkan sebagai “keselamatan”. Allah menyelenggarakan damai di tempat-Nya yang tinggi Ayub 252, tetapi Allah juga menjanjikan damai bagi kita, memberkati umat-Nya dengan kedamaian, dan menghendaki kesejahteraan dari para hamba-hamba-Nya. Damai yang Allah berikan pastilah serba cukup. Dalam pesan-pesan nubuatan di Kitab para nabi, šālôm adalah istilah kunci yang menggambarkan nabi yang asli dibandingkan dengan mereka yang menjanjikan damai sejahtera yang palsu. Nabi Yehezkiel, contohnya, menghadapi nabi-nabi palsu yang seperti ini. Yehezkiel 1316. Nabi yang asli akan menubuatkan tentang šālôm Yeremia 289. Permasalahan tentang nabi palsu bukanlah karena tidak ada pesan yang sejati tentang damai sejahtera, namun bahwa mereka menafsirkan damai sejahtera sebagai sesuatu yang murni bersifat politis, mengabaikan dosa umat Allah, dan oleh karena itu gagal untuk melihat atau menyerukan penghakiman yang akan datang. Kekalahan Israel pada tahun 597 dan 586 membuka pintu bagi janji damai sejahtera yang sejati dari Allah di dalam pengertian yang lebih luas dan lebih penuh. Oleh karena itu Nabi Yeremia menyerukan bahwa rancangan Allah adalah rancangan damai sejahtera Yeremia 2911 dan Nabi Yehezkiel menyatakan bahwa Allah akan mengadakan perjanjian damai Yehezkiel 3425. šālôm bukan hanya berarti tidak adanya perang atau konflik, namun juga damai sejahtera yang dikaitkan dengan hidup benar di hadapan Allah dengan menaati perintah-perintah-Nya Yesaya 4818 dan menjadi murid Tuhan Yesaya 5413. Janji akan šālôm di dalam pengertian yang lebih luas juga berkaitan dengan pengharapan eskatologis. Ketika pemulihan Firdaus dinubuatkan, perdamaian antar bangsa dijanjikan Yesaya 23-4, dan raja yang membawa damai akan datang Zakharia 99-10. Mesias yang dijanjikan akan menjadi Raja Damai Yesaya 95 dan akan menjaga serta menjamin damai sejahtera yang abadi Yesaya 96 – karena Dialah damai sejahtera itu sendiri Mikha 55. šālôm jarang sekali dimaksudkan sebagai sesuatu yang individualis. Shalom selalu menemukan perwujudan keluar secara sosial. Dalam Perjanjian Baru istilah eirḗnē Yunani dipakai untuk menerjemahkan istilah šālôm. Eirḗnē secara terutama menyatakan sebuah status, bukan sebuah relasi ataupun sikap. Kata eirḗnē pertama-tama digunakan dalam salam pembuka di dalam kisah Injil dan di dalam penulisan surat-surat serta salam penutup 1 Pet 514. Sejalan dengan Perjanjian Lama, kata eirḗnē pun digunakan ketika menyebutkan mengantar kepergian Markus 534, Kis. 1533. Namun arti yang sesungguhnya dalam Perjanjian Baru tentunya memiliki pengertian yang lebih dalam tentang keselamatan. Hal ini mencakup kerukunan antar manusia Kis. 726 dan juga damai dengan Allah. Eirḗnē dalam arti yang paling luas berarti suatu kondisi yang normal akan segala hal. Di dalam 1 Korintus 1433 Rasul Paulus menyatakan bahwa damai sejahtera adalah kondisi yang seharusnya terjadi, kontras dengan kebingungan yang diakibatkan oleh nubuatan yang kacau di Korintus. Damai sejahtera adalah sesuatu yang Allah kehendaki, bukan hanya bagi jiwa manusia, tetapi bagi seluruh ciptaan. Istilah eirḗnē juga berarti keselamatan eskatologis atas manusia seutuhnya. Pengertian ini didasarkan atas pengertian akan istilah šālôm di dalam Perjanjian Lama. Oleh karena itu, di dalam Lukas 179 eirḗnē adalah keselamatan eskatologis yang dinanti-nantikan. Di dalam Lukas 214 dinyatakan bahwa damai sejahtera adalah keselamatan yang sekarang telah datang ke dalam dunia. Damai sejahtera telah datang sebagai sebuah peristiwa sejarah di dalam pribadi Kristus Wahyu 1210. Kristus adalah raja damai sejahtera Ibrani 72, Injil adalah Injil damai sejahtera Efesus 615. Kristus meninggalkan damai sejahtera bagi murid-murid-Nya Yohanes 1427, yang akan menolong mereka menghadapi penderitaan akibat penganiayaan yang akan mereka alami Yohanes 1633. Ketika para murid pergi di dalam nama Kristus, mereka menawarkan damai sejahtera Lukas 105-6. Kita harus berusaha hidup damai dengan semua orang Ibrani 1214. Damai sejahtera akan memelihara hati dan pikiran kita Filipi 47 dan memerintah dalam hati kita Kolose 315, meski dalam relasi dengan sesama terkadang mungkin akan menghasilkan sesuatu yang bertentangan dengan damai Matius 1034-35. Makna lain bagi eirḗnē adalah damai sejahtera bagi jiwa. Roma 1513 menyatakan bahwa damai sejahtera bagi jiwa dimungkinkan hanya oleh karya keselamatan Allah yang memulihkan kita. Istilah eirḗnē dalam Perjanjian Baru juga berarti damai dengan Tuhan. Hukum Taurat telah memisahkan orang Yahudi dengan orang Yunani serta memisahkan Israel dengan Allah, dan Kristus sebagai damai sejahtera telah memulihkan kedua relasi tersebut, karena Dia telah meruntuhkan tembok permusuhan dengan memperdamaikan kita dengan Allah Efesus 214-18, Roma 51. Selain itu, istilah eirḗnē juga berarti damai antara satu dengan yang lain. Ketika Paulus dalam Roma 1417 berkata bahwa Kerajaan Allah adalah soal damai sejahtera, dia menyatakan bahwa peraturan Allah adalah peraturan yang tidak melibatkan kejahatan dan perselisihan, oleh karena itu Paulus mengundang kita untuk mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera ay. 19, baik dengan saudara seiman maupun dengan semua orang. Sebagai kesimpulan, hidup yang memiliki damai sejahtera yang sejati adalah sebuah hidup yang utuh yang hanya bisa didapatkan di dalam Kristus. Ketika kita menerima Kristus, kita menyadari bahwa kita hidup di dalam kesejahteraan. Hati kita dipenuhi dengan kecukupan karena kita menyadari bahwa Allah telah begitu memberkati kita. Jiwa kita tenang karena kita telah didamaikan dengan Allah serta memiliki relasi yang intim dengan-Nya di setiap waktu. Dalam hubungan kita dengan Allah, kita mengalami pertumbuhan rohani di dalam keserupaan dengan Kristus. Selain itu, kita bebas dari rasa bersalah dan hukuman karena kita hidup kudus dan benar sesuai Firman Allah. Jiwa kita juga tenang karena kita memiliki hubungan yang baik dengan anggota keluarga, saudara seiman, rekan sekerja atau rekan bisnis, komunitas dimana kita tinggal, bahkan dengan semua orang. Tidak ada konflik, perselisihan, atau dendam, namun sebaliknya, kita mengisi hidup dengan mengusahakan kesejahteraan bagi mereka. Kita juga memiliki pengharapan pasti akan keselamatan kita dan oleh karena itu kita tidak takut akan penghakiman yang akan datang. Kita siap menyambut kedatangan Yesus yang kedua kalinya.*[YS] Sekarangini damai masih ditawarkan kepada kita, tapi bukan damai yang dijanjikan oleh dunia ini. Damai yang ditawarkan pada kita adalah damai sejahtera dari Tuhan Yesus Kristus. Yoh 14:27. 27 Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu.
RHEMA HARI INI Pengkhotbah 61-2 Ada suatu kemalangan yang telah kulihat di bawah matahari, yang sangat menekan manusia orang yang dikaruniai Allah kekayaan, harta benda dan kemuliaan, sehingga ia tak kekurangan suatupun yang diingininya, tetapi orang itu tidak dikaruniai kuasa oleh Allah untuk menikmatinya, melainkan orang lain yang menikmatinya! Inilah kesia-siaan dan penderitaan yang pahit Semua orang pasti merindukan sebuah kehidupan yang penuh dengan kedamaian. Begitu pentingnya perasaan damai itu, sampai-sampai orang rela membayar dengan harga yang sangat mahal. Dengan harapan mendapatkan damai, orang berkelana ke berbagai negara di dunia atau mengunjungi tempat-tempat wisata terkenal. Ada pula orang yang mengeluarkan uang miliaran rupiah demi membangun rumah mewah lengkap dengan fasilitasnya, dengan tujuan supaya hatinya merasakan kedamaian. Berbagai cara dan upaya dilakukan manusia, namun mereka tetap saja tidak menemukan damai sejahtera yang sejati. Menurut pandangan orang dunia, damai adalah suatu keadaan atau suasana yang aman, tidak ada perang, tidak ada konflik, tidak ada bencana, tidak ada perselisihan dan tidak ada masalah. Orang dunia juga berpikir bahwa sumber perasaan damai itu ada pada uang, kekuasaan dan popularitas. Bagi mereka, selama bisa memiliki apapun yang di inginkan, maka itulah kedamaian. Tetapi yang sebenarnya, semua yang ada di dunia ini hanyalah semu. Keadaan dapat berubah sewaktu-waktu dan sama sekali tidak ada kekekalan di dalamnya. Kita boleh memiliki segalanya di dunia, namun tanpa karunia untuk menikmatinya, hidup kita akan jauh dari damai sejahtera. Hidup ini akan terasa hambar dan sia-sia. Sesungguhnya rasa damai itu tidak memerlukan biaya yang mahal, sebab damai tidak ada hubungannya dengan berapa banyak uang atau kekayaan yang kita miliki. Rasa damai juga tidak tergantung pada tempat di mana kita tinggal atau dalam situasi tertentu saja. Damai yang sejati akan kita dapatkan ketika kita hidup benar, ketika hati kita bersih dan terbebas dari segala yang jahat. Sekalipun kita sedang dalam pergumulan hidup yang berat, sekalipun kita tinggal di tengah situasi yang gawat tetapi kita boleh tetap merasakan ada damai di hati kita. Inilah Perjanjian Damai yang Tuhan berikan pada kita yang hidup seturut dengan kehendak-Nya. RENUNGAN TANPA DAMAI, hidup kita akan terasa HAMBAR dan SIA-SIA. APLIKASI 1. Menurut Anda, mengapa diperlukan kedamaian dalam menjalani kehidupan sehari-hari? 2. Jika menilai diri Anda sendiri, sudahkah Anda memiliki damai dalam hati Anda? Mengapa demikian? 3. Perbedaan apa yang Anda rasakan ketika hidup dengan rasa damai dengan tanpa rasa damai? DOA UNTUK HARI INI “Tuhan Yesus, kami bersyukur memiliki Engkau sebagai Tuhan kami. Kami rindu senantiasa mendekat kepada-Mu, karena kami tahu hanya di dekat-Mu saja kami boleh merasakan damai yang sejati. Di dalam nama Tuhan Yesus kami telah berdoa. Amin”

1427 Damai sejahtera 1045 Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu. Dalam ayat 16-17 dan 26 Dia menceritakan kedatangan Roh Kudus, yang memungkinkan hati yang bebas dari rasa gelisah.

Kata “damai” menjadi begitu terbiasa di telinga kita. Hampir di setiap ibadah, persekutuan, atau pertemuan orang Kristen kita mendengar kata “shalom.” Kata yang berarti “damai” ini merujuk pada keutuhan hidup di dalam Allah. Akrab mendengar bukan berarti mengalami. Mengerti artinya bukan berarti memahami maknanya. Apakah keunikan damai sejahtera Kristiani? Di dalam dunia yang penuh dengan penderitaan dan pertikaian, mungkinkah ditemukan damai sejahtera yang sejati? Damai di dalam Kristus Berbeda dengan Teologi Kemakmuran yang terlalu optimis dan tidak sesuai dengan kenyataan hidup, Alkitab bersifat jauh lebih realistis. Maksudnya, Alkitab jujur terhadap realita. Apa adanya. Termasuk pada saat Alkitab membicarakan tentang persoalan dan kegagalan orang-orang Kristen. Beragam kesulitan tetap menjadi bagian dari kehidupan orang percaya. Dari teks yang kita baca, murid-murid Tuhan Yesus bergumul dengan iman mereka. Mereka tidak mampu mengerti perkataan Tuhan Yesus 1617-18. Ini adalah hal wajar dalam pemuridan misalnya 219-22; 431-33; 148-9. Bahkan pada saat mereka mampu mengerti dan mengimani perkataan Tuhan Yesus 1629-31, persoalan tidak langsung sirna. Tuhan Yesus secara jujur dan terang-terangan memberitahukan kegagalan yang akan mereka hadapi. Iman mereka memang tidak akan hilang. Hanya saja, keberanian mereka akan sirna. Dengan kata lain, apa yang mampu mereka mengerti dan imani belum tentu mereka mampu menjalaninya. Di tengah beragam kesulitan inilah Tuhan Yesus membicarakan tentang damai sejahtera 1633. Damai bukan berarti tidak ada masalah. Damai berarti kehidupan yang tetap utuh walaupun di tengah kegagalan dan kesengsaraan. Kedamaian yang Ia berikan tidak sama dengan yang dunia berikan 1427. Kunci untuk memahami paradoks di atas adalah kehidupan yang berada di dalam Kristus. Dalam teks Yunani terdapat sebuah kontras yang paralel di ayat 33, yaitu antara “di dalam Aku kalian memiliki damai” en emoi eirēnēn echēte dengan “di dalam dunia kalian memiliki kesengsaraan” en tō kosmō thlipsin echete. Karena orang-orang Kristen berada di dalam Kristus sekaligus di dalam dunia, mereka bisa memiliki kedamaian sekaligus kesengsaraan pada saat yang sama. Kedamaian yang Kristus berikan bukan dicapai melalui pemusnahan semua kesengsaraan. Untuk sementara waktu, kesengsaraan tidak diambil dari dunia 1518-19; 1633. Untuk sementara waktu, kita pun tidak diambil dari dunia 1715. Yang penting adalah apakah seseorang di dalam Kristus. Di dalam Dia ada damai sejahtera. Selama kita masih hidup di dunia yang penuh dengan dosa dan penderitaan ini, kita akan selalu bergumul dengan kesulitan dan kesengsaraan. Berita baiknya, penderitaan tidak akan mengalahkan kita. Bukan karena kita siapa kita atau apa yang kita lakukan, melainkan karena siapa Kristus dan apa yang Ia janjikan bagi kita. Janji yang bisa dipercaya Tidak semua janji bisa dan layak untuk dipercayai. Sebagian orang mudah mengucapkan janji tetapi tidak serius menepatinya. Sebagian yang lain membuat janji dan berusaha sungguh-sungguh untuk menepatinya, namun mereka tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk mewujudkannya. Tidak demikian halnya dengan Tuhan Yesus. Janji-Nya untuk memberikan damai sejahtera layak dan sepatutnya dipercayai. Ada tiga alasan mengapa janji-Nya bisa dipercaya. Pertama, Ia mengetahui hari esok ayat 32a. Pengetahuan-Nya ini bersifat pasti 184. Ia tahu persis bahwa kegagalan murid-murid untuk menyertai Dia di tengah penderitaan merupakan sesuatu yang “akan datang dan sudah tiba sekarang.” Ungkapan ini beberapa kali muncul di Injil Yohanes untuk menunjukkan kepastian dan kesegeraan 423; 525; 1632a. Perpaduan antara masa kini dan masa yang akan datang ada pada ungkapan ini. Murid-murid sebelumnya sudah mengakui bahwa Tuhan Yesus mengetahui segala sesuatu 1630a; juga 2117. Namun, Ia bukan sekadar mengetahui apa yang akan terjadi. Ia bukan hanya tidak dapat dikagetkan oleh masa depan. Semua yang akan terjadi itu justru menggenapi rencana Allah. Dalam konteks Alkitab, ungkapan “kamu diceraiberaikan masing-masing ke tempatnya sendiri dan kamu meninggalkan Aku seorang diri” ayat 32a merujuk pada sebuah nubuat di Zakaria 137 “Hai pedang, bangkitlah terhadap gembala-Ku, terhadap orang yang paling karib kepada-Ku!, demikianlah firman TUHAN semesta alam. Bunuhlah gembala, sehingga domba-domba tercerai-berai! Aku akan mengenakan tangan-Ku terhadap yang lemah” bdk. Mrk 1427-28. Yesus adalah gembala yang dibunuh itu bdk. Yoh 1011, 17-18, sedangkan murid-murid-Nya adalah “yang lemah” versi Inggris “yang kecil”. Jadi, bukan hanya kematian Yesus Kristus yang dinubuatkan tetapi juga kelemahan murid-murid-Nya menghadapi peristiwa itu. Kedua, Ia mengalami penyertaan ilahi yang ajaib ayat 32b. Apa yang harus dijalani Yesus Kristus di kayu salib adalah hal yang sama sekali tidak mudah. Kelelahan, kesakitan, penghinaan, dan olokan Dia tanggung. Yang lebih menyakitkan, Dia mengalami semuanya sendirian. Tidak ada murid-murid yang menyertai dan menyemangati Dia. Dari perspektif kuno pada waktu itu, kesendirian dipandang sebagai sebuah penderitaan yang besar. Ditinggalkan oleh para pengikut atau orang yang dekat merupakan sebuah aib yang besar. Apakah Yesus Kristus benar-benar sendirian? Ternyata tidak. Dia tidak sendirian. Bapa-Nya beserta dengan Dia ayat 32b. Kesatuan yang intim antara Bapa dan Anak memang sangat ditekankan dalam Injil Yohanes. Beberapa kali Yesus mengatakan bahwa Bapa menyertai Dia 816, 29; 1632. Ia bahkan mengutarakan secara eksplisit bahwa Ia dan Bapa adalah satu 1030. Penyertaan yang sama dijanjikan kepada kita. Dalam doa-Nya sebelum penangkapan, Tuhan Yesus memohon agar di mana Dia dan Bapa berada, di situ pula murid-murid-Nya berada 1720-24. Janji ini telah Dia penuhi. Pada saat murid-murid sedang mengalami ketakutan sesudah peristiwa penyaliban Yesus, Ia mendatangi mereka dan memberikan damai sejahtera 2019, 21, 26. Sampai sekarang pun Ia terus-menerus menyertai kita melalui Roh-Nya yang kudus di dalam diri kita 1416-17. Ketiga, Ia telah mengalahkan dunia ayat 33. Disertai seseorang bukanlah jaminan kemenangan. Semua tergantung pada seberapa kuat orang yang menyertai kita tersebut. Disertai oleh Yesus Kristus sudah pasti berarti kemenangan, sebab Ia sendiri sudah mengalahkan dunia. Kita perlu menggarisbawahi di sini bahwa Tuhan Yesus “mengalahkan dunia,” bukan hanya “tidak terkalahkan oleh dunia.” Jika Ia hanya tidak terkalahkan, maka poin teologis yang disampaikan mirip dengan filsafat Stoa. Dalam filsafat ini diajarkan perlunya bertahan melawan semua godaan dan penderitaan di dalam dunia. Melalui disiplin pikiran dan diri yang kuat, para pengikut Stoa berusaha menolak untuk dikendalikan lingkungan. Namun, bukan ini yang dimaksud oleh Tuhan Yesus. Dia bukan hanya membicarakan tentang kesucian-Nya tidak kalah oleh godaan atau keberanian-Nya tidak kalah oleh penderitaan. Ia membicarakan tentang kemenangan-Nya. Kemenangan Kristus atas dunia sebaiknya dipahami dalam konteks peperangan melawan penguasa dunia ini. Melalui kematian-Nya di atas kayu salib, Kristus akan menghakimi dan melemparkan penguasa dunia, yaitu Iblis 1231-32. Walaupun para pemimpin Yahudi dan tentara Romawi sebagai perwakilan dari penguasa dunia akan datang untuk menangkap-Nya, mereka tidak berkuasa sedikitpun atas diri-Nya 1430. Yang menarik adalah penggunaan bentuk kata kerja lampau di 1633. Pada saat Yesus Kristus mengucapkan kalimat ini, Dia belum ditangkap, apalagi disalibkan. Namun, dengan keyakinan penuh Dia berkata “Aku telah mengalahkan dunia.” Sekali lagi, ini berfungsi sebagai penekanan. Di mata Allah, “akan datang dan sudah tiba sekarang” adalah sama saja. Ia menguasai masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang. Kemenangan yang sama diberikan kepada kita. Dalam tulisan Yohanes yang lain juga disinggung tentang kekalahan dunia. Bukan hanya oleh Yesus Kristus, melainkan juga oleh para pengikut-Nya. Bagaimana kita dapat mengalahkan dunia? Ada tiga rahasia kemenangan atas dunia yang diajarkan oleh Yohanes di suratnya yang pertama Iman 1 Yoh 54-5 “Sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia iman kita. Siapakah yang mengalahkan dunia, selain dari pada dia yang percaya, bahwa Yesus adalah Anak Allah?” Firman Allah 1 Yoh 214b “Aku menulis kepada kamu, hai orang-orang muda, karena kamu kuat dan firman Allah diam di dalam kamu dan kamu telah mengalahkan yang jahat” Roh Kudus 1 Yoh 44 “Kamu berasal dari Allah, anak-anakku, dan kamu telah mengalahkan nabi-nabi palsu itu; sebab Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia” Peperangan sudah dimenangkan oleh Kristus Yesus secara mutlak di atas kayu salib. Pertempuran kecil memang masih berlangsung, tetapi hal itu tidak usah merisaukan kita, apalagi merampas damai sejahtera kita. Kristus pun sudah memberikan rahasia kemenangan bagi kita. Tidak ada alasan untuk kalah melawan penderitaan. Tidak ada alasan untuk menyerah dalam pergumulan melawan dosa. Dia menang. Kita pun memang di dalam Dia. Soli Deo Gloria.
922 Dan Yesus berkata: "Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga." 9:23 Kata-Nya kepada mereka semua: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. 9:24 Karena barangsiapa
Dari Kehidupan Howard W. Hunter Salah seorang teman sejawat Presiden Howard W. Hunter dalam Kuorum Dua Belas Rasul menggambarkan dia sebagai seorang yang “memiliki kesabaran luar biasa yang datang dari kedamaian batiniah yang besar.”1 Presiden Hunter sering berbicara tentang kedamaian batin, mengajarkan bahwa seseorang dapat menerimanya hanya dengan berpaling kepada Allah—dengan memercayai-Nya, menjalankan iman, dan berusaha melakukan kehendak-Nya. Kedamaian seperti itu menolong mendukung dia melalui banyak masa yang sulit. Pada akhir tahun 1975 seorang dokter merekomendasikan operasi otak untuk istri Presiden Hunter, Claire. Presiden Hunter bergumul mengenai apakah operasi tersebut merupakan yang terbaik bagi Claire, karena itu akan melemahkan tubuhnya yang rentan dan mungkin tidak akan memperbaiki kondisinya. Dia pergi ke bait suci, berunding dengan para anggota keluarga, dan segera merasakan bahwa operasi tersebut memberikan harapan terbaik untuk memberikan pertolongan bagi Claire. Menggambarkan perasaannya pada hari operasi, dia menulis “Saya bersamanya hingga ke pintu-pintu ruang operasi, memberikan kecupan kepadanya, dan dia dibawa melalui pintu-pintu itu. Sementara waktu berlalu, saya menunggu dan bertanya-tanya .… Tiba-tiba rasa cemas yang tegang berubah menjadi perasaan damai. Saya tahu bahwa keputusan yang benar telah dibuat dan bahwa doa-doa saya telah dijawab.”2 Pada tahun 1989, Presiden Hunter memiliki pengalaman lain di mana dia merasakan kedamaian di saat yang sulit. Dia berada di Yerusalem untuk mendedikasikan Pusat Yerusalem untuk Kajian Timur Dekat Universitas Brigham Young. Beberapa kelompok telah memprotes keberadaan Gereja di Yerusalem, dan sebagian orang telah mengancam dengan kekerasan. Salah seorang pembicara dalam pendedikasian tersebut adalah Penatua Boyd K. Packer dari Kuorum Dua Belas, yang belakangan menuturkan insiden ini “Sewaktu saya berbicara, ada sedikit keributan di belakang aula. Pria-pria berpakaian seragam militer telah memasuki ruangan. Mereka mengirimkan sebuah catatan kepada Presiden Hunter. Saya berpaling dan meminta petunjuk. Dia berkata, Ada ancaman bom. Apakah Anda takut?’ Saya berkata, “Tidak.’ Dia berkata, Saya juga tidak; silakan selesaikan ceramah Anda.’”3 Kebaktian pendedikasian diteruskan tanpa insiden; tidak ada bom. Dalam situasi-situasi seperti ini, Presiden Hunter percaya pada janji kedamaian ini dari Juruselamat, yang sering dia kutip “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu” Yohanes 1427. GambarKristus bersama Petrus di air Kita harus “memfokuskan pandangan kita kepada Yesus” dan tidak pernah “memalingkan fokus pandangan kita dari Dia kepada siapa kita harus percaya.” Ajaran-Ajaran Howard W. Hunter 1 Yesus Kristus adalah sumber kedamaian sejati kita. Dalam meramalkan kelahiran Kristus lebih dari 700 tahun sebelum itu terjadi, Nabi Yesaya menggunakan sebutan-sebutan yang mengungkapkan kekaguman yang luar biasa .… Salah satu dari sebutan-sebutan ini yang khususnya menarik di dunia kita saat ini adalah “Raja Damai” Yesaya 96. “Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan,” dinyatakan Yesaya ayat 7. Betapa ini merupakan harapan yang menggetarkan hati bagi dunia yang sudah bosan dengan perang dan terbebani dosa!4 Kedamaian yang dirindukan dunia adalah saat dihentikannya perseteruan; tetapi manusia tidak menyadari bahwa kedamaian adalah keadaan keberadaan yang datang kepada manusia hanya dengan ketentuan dan syarat yang ditetapkan oleh Allah, dan tidak dengan cara lain. Dalam mazmur di Kitab Yesaya terdapat kata-kata ini “Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya.” Yesaya263. Kedamaian sempurna yang disebutkan oleh Yesaya ini datang kepada seseorang hanya melalui suatu kepercayaan kepada Allah. Ini tidak dipahami oleh dunia yang tidak percaya. Pada kesempatan terakhir ketika Yesus mengadakan perjamuan malam bersama Dua Belas, Dia membasuh kaki mereka, memecah-memecahkan roti bagi mereka, dan mengedarkan cawan kepada mereka; kemudian, setelah Yudas pergi dari tengah-tengah mereka, Guru berbicara kepada mereka berkepanjangan. Di antaranya, Dia memberi tahu tentang kematian-Nya yang akan segera datang dan tentang pusaka warisan yang Dia tinggalkan bagi mereka masing-masing. Dia tidak mengumpulkan barang, harta benda, tidak pula kekayaan. Catatan tersebut memberi tahu kita bahwa tidak ada harta milik selain pakaian yang Dia kenakan, dan pada keesokan harinya setelah penyaliban ini pun akan dibagi-bagi oleh para serdadu, yang akan mengundi untuk jubah-Nya. Pusaka warisan-Nya diberikan kepada para murid-Nya dalam bentuk kata-kata yang sederhana namun dalam ini “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu” Yohanes 1427. Dia menggunakan bentuk salam dan doa orang Yahudi “Damai Sejahtera-Ku Kuberikan Kepadamu” Ucapan salam dan pusaka warisan ini bukan untuk mereka ambil dalam arti biasa, karena Dia berfirman, “… apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu.” Bukan harapan kosong, bukan sekadar upacara basa-basi, sebagaimana orang dunia menggunakan kata-kata tersebut sebagai masalah budaya; tetapi sebagai pemrakarsa dan Raja Damai, Dia memberikannya kepada mereka. Dia melimpahkannya kepada mereka dan berfirman, “Janganlah gelisah dan gentar hatimu.” Dalam beberapa jam mereka akan mengalami masalah, tetapi dengan kedamaian-Nya mereka dapat mengatasi rasa takut dan tetap berdiri teguh. Pernyataan-Nya yang terakhir kepada mereka sebelum menutup doa pada malam yang mengesankan itu adalah ini “… dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.” Yohanes 1633..5 2 Kita memupuk kedamaian sewaktu kita menjalankan asas-asas Injil. Hanya ada satu tangan yang membimbing di alam semesta, hanya satu terang yang benar-benar sempurna, satu mercusuar yang tidak pernah gagal bagi dunia. Terang itu adalah Yesus Kristus, terang dan hidup dunia, terang yang oleh seorang nabi Kitab Mormon gambarkan sebagai “terang yang tanpa akhir, yang tidak pernah dapat digelapkan.” Mosia 169. Sewaktu kita mencari pantai keselamatan dan kedamaian, baik kita wanita dan pria secara individu, keluarga, komunitas, ataupun bangsa, Kristus adalah satu-satunya mercusuar yang padanya kita dapat pada akhirnya bersandar. Dia adalah yang mengatakan tentang misi-Nya, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup.” Yohanes 146 .… Pertimbangkan, misalnya, petunjuk ini dari Kristus kepada para murid-Nya. Dia berfirman, “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” Matius 544. Pikirkan manfaat apa yang akan diberikan petuah ini saja terhadap lingkungan tempat tinggal Anda dan saya, di komunitas di mana Anda dan anak-anak Anda tinggal, di negara-negara yang membentuk keluarga global kita yang besar. Saya menyadari ajaran ini menimbulkan tantangan yang signifikan, tetapi pastinya ini merupakan tantangan yang lebih ramah daripada tugas-tugas menakutkan yang ditimbulkan bagi kita oleh peperangan dan kemiskinan serta rasa sakit yang terus dihadapi Ketika kita berusaha menolong mereka yang telah menyakiti kita, ketika kita berdoa bagi mereka yang telah dengan curang memanfaatkan kita, kehidupan kita dapat menjadi indah. Kita dapat memiliki kedamaian ketika kita mencapai kesatuan dengan Roh dan dengan satu sama lain sewaktu kita melayani Tuhan dan menaati Dunia tempat kita tinggal, apakah dekat rumah ataupun jauh, membutuhkan Injil Yesus Kristus. Injil menyediakan satu-satunya jalan bagi dunia mengenal kedamaian .… Kita membutuhkan dunia yang lebih damai, tumbuh dari keluarga dan lingkungan serta komunitas yang lebih damai. Untuk memperoleh dan memupuk kedamaian semacam itu, “kita haruslah mengasihi sesama, bahkan musuh-musuh kita seperti juga teman-teman kita” [Ajaran-Ajaran Presiden Gereja Joseph Smith 2007, 457] .… Kita perlu mengulurkan tangan persahabatan. Kita perlu menjadi lebih baik hati, lebih lemah lembut, lebih mengampuni, dan lebih lambat untuk Cara utama Allah bertindak adalah melalui bujukan dan kesabaran serta kepanjangsabaran, bukan melalui pemaksaan dan konfrontasi langsung. Dia bertindak melalui ajakan yang lembut dan melalui bujukan yang Tidak ada janji kedamaian kepada mereka yang menolak Allah, kepada mereka yang tidak mau menaati perintah-perintah-Nya, atau kepada mereka yang melanggar hukum-hukum-Nya. Nabi Yesaya berbicara tentang kemerosotan dan korupsi para pemimpin dan kemudian melanjutkan dalam petuah-petuahnya dengan mengatakan “Tetapi orang-orang fasik adalah seperti laut yang berombak-ombak sebab tidak dapat tetap tenang, dan arusnya menimbulkan sampah dan lumpur. Tiada damai bagi orang-orang fasik itu, firman Allahku.” Yesaya 5720–21 .… … Pengabaian terhadap Juruselamat atau kegagalan menaati perintah-perintah Allah mendatangkan kegelisahan, gejolak batin, dan perselisihan. Ini adalah kebalikan dari kedamaian. Kedamaian dapat datang kepada individu hanya melalui penyerahan diri tanpa syarat—penyerahan diri kepada-Nya yang adalah Raja Damai, yang memiliki kuasa untuk menganugerahkan Kesulitan-kesulitan dunia yang sering diungkapkan dalam berita utama surat kabar yang mengejutkan hendaknya mengingatkan kita untuk mengupayakan kedamaian yang datang dari menjalankan asas-asas sederhana Injil Kristus. Kelompok minoritas yang menyusahkan tidak akan mengganggu ketenangan jiwa kita jika kita mengasihi sesama kita dan memiliki iman pada kurban pendamaian Juruselamat dan kepastian tenang yang Dia berikan tentang kehidupan abadi. Di mana kita menemukan iman seperti itu di dunia yang bergejolak? Tuhan berfirman, “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetuk, baginya pintu dibukakan.” Lukas 119–10.11 Tampaknya bahwa dua kebenaran kekal harus diterima oleh semua orang jika kita ingin menemukan kedamaian di dunia ini dan kehidupan kekal di dunia yang akan datang. 1 Bahwa Yesus adalah Kristus, Putra kekal sejati dari Bapa Surgawi kita, yang datang ke bumi untuk tujuan yang jelas menebus umat manusia dari dosa serta kubur, dan bahwa Dia hidup untuk membawa kita kembali ke hadirat Bapa. 2 Bahwa Joseph Smith adalah Nabi-Nya, dibangkitkan di zaman akhir ini untuk memulihkan kebenaran yang telah hilang bagi umat manusia karena pelanggaran. Jika semua orang mau menerima dan menjalankan dua kebenaran dasar ini, kedamaian akan didatangkan ke Jika Anda, Anda sendiri, melawan … godaan-godaan dan memutuskan untuk berusaha setiap hari, untuk menjalankan Hukum Panen dengan pemikiran dan kebiasaan yang bermoral serta bersih, dengan melakukan segala urusan secara lurus dan jujur, dengan integritas dan kesungguhan dalam penelaahan Anda, dengan puasa, doa, dan ibadat, Anda akan menuai panen kebebasan dan kedamaian batin serta Kehidupan yang dipenuhi dengan pelayanan yang tak mementingkan diri juga akan dipenuhi dengan kedamaian yang melampaui pemahaman .… Kedamaian ini dapat datang hanya melalui menjalankan asas-asas Injil. Asas-asas ini merupakan program dari Sang Raja Begitu banyak di dunia kita yang dimaksudkan untuk menghancurkan … kedamaian pribadi melalui dosa dan godaan yang ribuan jenisnya. Kita berdoa agar kehidupan para Orang Suci akan dijalankan selaras dengan teladan ideal yang diberikan bagi kita oleh Yesus dari Nazaret. Kita berdoa agar upaya-upaya Setan akan dikalahkan, agar kehidupan pribadi dapat menjadi damai dan tenteram, agar keluarga-keluarga dapat menjadi dekat dan peduli dengan setiap anggota, agar lingkungan dan pasak, cabang serta distrik dapat membentuk tubuh Kritus yang agung, memenuhi setiap kebutuhan, meredakan setiap nyeri, menyembuhkan setiap luka sampai seluruh dunia, seperti yang dimohonkan oleh Nefi, akan “maju terus dengan ketabahan di dalam Kristus, memiliki kecemerlangan harapan yang sempurna, dan kasih bagi Allah dan bagi semua orang .… “Saudara-saudara terkasihku,” Nefi melanjutkan, “inilah jalannya; dan tidak ada jalan lain.” 2 Nefi 3120–21.15 Gambarwanita mengurapi kaki Kristus “Kehidupan yang dipenuhi dengan pelayanan yang tak mementingkan diri juga akan dipenuhi dengan kedamaian yang melampaui pemahaman.” 3 Juruselamat dapat menolong kita menemukan kedamaian terlepas dari kekacauan di sekitar kita. Yesus tidak dikecualikan dari kesedihan dan rasa sakit serta kepedihan dan hajaran. Tidak ada lidah yang dapat mengutarakan beban tak terkatakan yang Dia tanggung, demikian juga kita tidak memiliki kebijaksanaan untuk memahami uraian Nabi Yesaya tentang Dia sebagai “seorang yang penuh kesengsaraan.” Yesaya 533. Kapal-Nya terombang-ambing dalam sebagian besar kehidupan-Nya, dan, setidaknya dari sudut pandang fana, itu karam secara parah ditepi pantai Kalvari yang berbatu. Kita diminta untuk tidak melihat kehidupan dengan sudut pandang fana; dengan sudut pandang rohani kita mengetahui sesuatu yang sangat berbeda telah terjadi di atas salib. Kedamaian berada pada bibir dan dalam hati Juruselamat terlepas betapa pun parahnya badai mengamuk. Semoga kita demikian adanya—dalam hati kita sendiri, di rumah kita sendiri, di negara-negara kita di dunia, dan bahkan dalam hajaran-hajaran yang dihadapi dari waktu ke waktu oleh Gereja. Kita hendaknya tidak berharap untuk melewati kehidupan secara individu atau secara kolektif tanpa sejumlah Seseorang mungkin hidup di lingkungan yang indah dan damai tetapi, karena pertengkaran dan perpecahan internal, berada dalam kondisi yang terus-menerus bergejolak. Sebaliknya, seseorang mungkin berada di tengah-tengah kehancuran total dan pertumpahan darah akibat perang namun memiliki ketenteraman dari kedamaian tak terucapkan. Jika kita mencari bantuan dari manusia dan cara-cara dunia, kita akan menemukan kekacauan dan kebingungan. Jika kita mau berpaling kepada Allah, kita akan menemukan kedamaian bagi jiwa yang resah. Ini diperjelas oleh firman Juruselamat “Dalam dunia kamu menderita penganiayaan” Yohanes 1633; dan dalam pusaka warisan-Nya kepada Dua Belas dan kepada seluruh umat manusia, Dia berfirman, “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu .…” Yohanes 1427. Kita dapat menemukan kedamaian ini sekarang di dunia yang penuh konflik hanya jika kita mau menerima karunia besar-Nya dan ajakan-Nya lebih lanjut “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.” Matius 1128–29. Kedamaian ini melindungi kita dari gejolak duniawi. Pengetahuan bahwa Allah hidup, bahwa kita adalah anak-anak-Nya, dan bahwa Dia mengasihi kita menyejukkan hati yang susah. Jawaban atas pencarian itu terletak pada iman kepada Allah dan kepada Putra-Nya, Yesus Kristus. Ini akan mendatangkan kedamaian kepada kita sekarang dan dalam kekekalan Di dunia ini dengan kekacauan dan kemajuan duniawi yang sibuk, kita perlu kembali pada kesederhanaan Kristus .… Kita perlu menelaah dasar-dasar kebenaran sederhana yang diajarkan oleh Guru dan menghilangkan apa yang kontroversial. Iman kita kepada Allah harus nyata dan tidak spekulatif. Injil Yesus Kristus yang dipulihkan bisa menjadi pengaruh yang dinamis, yang mendalam, dan penerimaan sejati memberi kita pengalaman yang bermakna dan religius. Salah satu kekuatan besar agama Mormon adalah diterapkannya kepercayaan ini ke dalam pemikiran dan tingkah laku sehari-hari. Ini menggantikan kekacauan dan kebingungan dengan kedamaian dan 4 Dengan memusatkan pandangan kita kepada Yesus, kita dapat menang atas unsur-unsur yang akan menghancurkan kedamaian. Izinkan saya mengingat kembali salah satu cerita besar tentang kemenangan Kristus atas apa yang tampaknya menguji kita dan mencobai kita serta mendatangkan rasa takut ke dalam hati kita. Sewaktu para murid Kristus berangkat dalam salah satu perjalanan yang sering mereka lakukan menyeberangi Danau Galilea, malamnya gelap dan cuacanya buruk serta berbadai. Ombaknya bergejolak dan anginnya bertiup kencang, dan orang-orang yang fana dan lemah ini ketakutan. Sayangnya tiada seorang pun bersama mereka untuk menenangkan dan menyelamatkan mereka, karena Yesus telah ditinggalkan sendirian di tepi danau. Sebagaimana biasanya, Dia mengawasi mereka. Dia mengasihi mereka dan peduli kepada mereka. Di saat kecemasan mereka yang terhebat mereka menengok dan melihat dalam kegelapan sosok dengan jubah yang melambai-lambai, sedang berjalan menuju mereka di bibir danau. Mereka berteriak dengan ketakutan saat melihat pemandangan tersebut, mengira bahwa itu adalah hantu yang berjalan di atas ombak. Dan menembus badai dan kegelapan bagi mereka—sebagaimana begitu sering bagi kita, ketika, di tengah-tengah kegelapan kehidupan, laut tampak sedemikian besarnya dan perahu kita sedemikian kecilnya—datanglah suara kedamaian yang luar biasa dan meyakinkan kembali dengan pernyataan sederhana ini, “Tenanglah! Aku ini, jangan takut.” Petrus berseru, “Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air.” Dan jawaban Kristus kepadanya adalah sama dengan kepada kita semua “Datanglah.” Petrus melompati sisi perahu dan ke dalam ombak yang bergejolak, dan sementara matanya tertuju kepada Tuhan, angin mungkin mengibaskan rambutnya dan percikan air mungkin membasahi jubahnya, tetapi semuanya baik-baik saja. Hanya ketika dengan iman yang goyah dia melepaskan pandangannya dari Guru untuk melihat gelombang yang bergejolak serta laut yang gelap di bawah dirinya, hanya ketika itu dia mulai tenggelam. Lagi, seperti sebagian besar dari kita, dia berseru, “Tuhan, tolonglah aku.” Dan Yesus pun tidak mengabaikannya. Dia mengulurkan tangan-Nya dan memegang murid yang tenggelam itu dengan hardikan lembut, “Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?” Kemudian aman di atas perahu kecil mereka, mereka melihat angin berhenti dan deburan ombak menjadi reda. Segera mereka berada di tempat berlindung mereka, pelabuhan yang aman, di mana semua orang berharap akan berada kelak. Awak perahu seperti juga para murid-Nya dipenuhi dengan ketakjuban yang dalam. Sebagian dari mereka memanggil Dia dengan sebutan yang saya nyatakan hari ini “Sesungguhnya Engkau Anak Allah.” Diadaptasi dari Farrar, The Life of Christ, lihat Matius 1422–33. Adalah keyakinan teguh saya bahwa jika sebagai individu, sebagai keluarga, komunitas, dan bangsa, kita dapat, seperti Petrus, memfokuskan pandangan kita kepada Yesus, kita juga dapat berjalan dengan kemenangan di atas “gelombang ketidakpercayaan yang menggunung” dan tetap “tak gentar takut di tengah meningkatnya hembusan angin keraguan.” Tetapi jika kita memalingkan fokus pandangan kita dari Dia kepada siapa kita harus percaya, sebagaimana ini begitu mudah dilakukan dan dunia begitu sangat tergoda untuk melakukannya, jika kita memandang pada kuasa dan amukan dari unsur-unsur yang menakutkan dan menghancurkan di sekitar kita alih-alih kepada Dia yang dapat menolong dan menyelamatkan kita, maka tak terelakkan lagi kita akan tenggelam dalam lautan konflik serta dukacita dan keputusasaan. Pada saat-saat seperti itu ketika kita merasakan air bah mengancam untuk menenggelamkan kita dan kedalaman air akan menelan perahu iman kita yang terombang-ambing, saya berdoa semoga kita selalu mendengarkan di tengah-tengah badai dan kegelapan tuturan manis Juruselamat dunia “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!” Matius 1427.19 Saran untuk Penelaahan dan Pengajaran Pertanyaan Presiden Hunter mengajarkan bahwa Yesus Kristus adalah sumber kedamaian sejati lihat bagian 1. Pengalaman-pengalaman apa yang telah menolong Anda mengetahui kebenaran ini? Bagaimana kita dapat menerima kedamaian yang Yesus tawarkan? Bagaimana mengasihi orang lain mendatangkan kedamaian bagi kita? Lihat bagian 2. Bagaimana menjalani Injil menolong kita memperoleh kedamaian? Mengapa “penyerahan diri tanpa syarat” kepada Juruselamat perlu bagi kita untuk memperoleh kedamaian? Ulaslah kembali ajaran-ajaran Presiden Hunter di bagian 3. Bagaimana Anda pernah mengalami penggenapan janji Juruselamat untuk “memberi kelegaan kepadamu” dari beban Anda sewaktu Anda datang kepada-Nya? Pikirkan kisah Presiden Hunter tentang Petrus yang berjalan di atas air lihat bagian 4. Apa yang dapat Anda pelajari dari kisah ini tentang bagaimana menemukan kedamaian pada saat-saat yang sulit? Bagaimana Juruselamat telah menolong Anda untuk “[menguatkan] imanmu” dan “jangan takut” di masa-masa sulit? Tulisan Suci Terkait Mazmur 4611; 858; Yesaya 3217; Markus 436–40; Roma 86; Galatia 522–23; Filipi 49; Mosia 43; A&P 1923; 5923; 88125 Bantuan Pengajaran Undanglah anggota kelas untuk memilih salah satu bagian dalam bab yang ingin mereka bahas dan untuk membentuk sebuah kelompok bersama yang lainnya yang memilih bagian yang sama. Imbaulah setiap kelompok untuk membahas pertanyaan terkait pada akhir bab.
Orangyang tidak memiliki visi yaitu orang tersebut akan menjadi liar. Bila tidak ada wahyu, menjadi liarlah rakyat. Berbahagialah orang yang berpegang pada hukum. Saya masih ingat persis apa yang terjadi pada saya pada hari tu: Saya benar-benar dalam kepedihan, dan saya lagi sendirian saat berkata - "Jika Allah mau saya menderita seperti
\n \napa yang terjadi apabila manusia tidak memiliki damai sejahtera
Andahanya akan bisa bersukacita apabila: Anda mau bersyukur atas apa yang anda miliki ; Anda percaya bahwa Tuhan yang memegang kendali. Anda bisa memiliki pemikiran sukacita, damai sejahtera, iman, pengharapan dan berkemenangan. Tidak hanya manusia yang memahami prinsip emergency, bahkan Tuhan sudah memahaminya jauh sebelum manusia
NPYLqr.
  • f8cmbxtwir.pages.dev/412
  • f8cmbxtwir.pages.dev/410
  • f8cmbxtwir.pages.dev/466
  • f8cmbxtwir.pages.dev/132
  • f8cmbxtwir.pages.dev/301
  • f8cmbxtwir.pages.dev/53
  • f8cmbxtwir.pages.dev/215
  • f8cmbxtwir.pages.dev/145
  • apa yang terjadi apabila manusia tidak memiliki damai sejahtera